Rencana Impor Ikan ke Batam Bikin Heboh

Gudang ikan
Salah satu gudang penyimpanan ikan di Batam, Kepulauan Riau. (Foto: Muhammad Chairuddin)

Oleh Muhammad Bunga Ashab

Batam adalah sebuah pulau di Indonesia yang terletak di Provinsi Kepulauan Riau. Pulau Batam dekat dengan negeri jiran, seperti Singapura dan Malaysia.

Kota Batam terdiri dari Pulau Batam, Pulau Rempang dan Pulau Galang, serta pulau-pulau kecil lainnya. Sebagai daerah pulau, Batam memiliki potensi besar dalam sektor perikanan.

Selain itu, Batam memiliki industri pariwisata yang cukup besar dan menarik banyak wisatawan, termasuk wisatawan asing.

Pulau yang terletak di dekat Selat Singapura, Batam memiliki banyak penggemar makanan laut menjadi konsumen ikan.

Terkait ikan, belakangan ini Batam ramai dibicarakan mengenai wacana pemerintah setempat ingin mengimpor ikan benggol dan mata besar.

Wacana impor ini mencuat setelah dilaporkan ada kenaikan harga ikan, karena pasokan berkurang. Alasan itu disinyalir untuk melaksanakan impor ikan, sehingga tujuan pasokan terpenuhi dan harga stabil.

Namun, apakah Batam butuh impor ikan saat ini, tergantung sejumlah faktor, seperti permintaan pasar, ketersediaan stok ikan lokal, atau ada permainan oknum lainnya.

Pasokan berkurang apakah disebabkan produksi ikan di Kepulauan Riau. Atau impor ikan dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan konsumen.

Tentunya impor ikan ke Indonesia harus memenuhi persyaratan dan regulasi yang ketat. Hal ini termasuk sertifikasi dan izin dari lembaga yang berwenang, serta persyaratan kesehatan dan keamanan pangan yang ketat.

Rencana Impor Ikan Disorot

Wacana impor ikan di Batam saat menjadi buah bibir. Pasalnya, banyak yang mencibir keinginan impor itu untuk siapa. Kebijakan itu dinilai perlu dikaji ulang atau dipertimbangkan lagi.

Pengamat sekaligus tokoh nelayan muda, Eko Fitriandi menilai rencana impor ikan benggol dan mata besar ke Batam akan berdampak buruk bagi nelayan lokal.

Ia mengaku telah mengunjungi gudang ikan di Batam dan mendapati stok ikan tersebut masih melimpah. Eko khawatir kebijakan itu akan berdampak buruk bagi para nelayan.

Sementara itu, Ketua Komisi II Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kepulauan Riau, Wahyu Wahyudin, turut menyoroti rencana ikan benggol dan mata besar diimpor ke Batam. Menurutnya, saat ini stok ikan masih tersedia 500 ton di Batam.

Legislator itu telah mengecek stok ikan di gudang yang ada di Batam. Stok ikan saat ini diperkirakan cukup untuk setahun ke depan.

Menurutnya, ikan yang ada saat ini adalah ikan hasil tangkapan nelayan di Laut Natuna. Kemudian ikan tersebut dibawa ke sejumlah penampungan. Salah satunya di Jembatan 2 Barelang, Batam.

Wahyu Wahyudin meminta agar pemerintah daerah tidak buru-buru mengambil keputusan untuk mengimpor ikan dari luar negeri.

Rencana impor ikan Pemerintah Kota Batam itu bikin gelisah nelayan di Natuna. Sebab, hasil sumber daya laut dan ikan melimpah di Laut Natuna Utara.

Selain itu, impor ikan dikhawatirkan akan memengaruhi harga ikan tangkapan nelayan lokal di Kepulauan Riau, termasuk di Natuna.

Menurut Ketua Asosiasi Nelayan Natuna, Henri, Batam salah satu tujuan perdagangan ikan nelayan lokal di Kepulauan Riau.

Jika Batam dibanjiri ikan impor akan berdampak bagi harga ikan nelayan lokal. Bisa-bisa harganya akan anjlok dan tidak dapat bersaing.

Pengelolan Perikanan Lokal Berkelanjutan

Namun, sekalipun Batam harus impor ikan, tetap diperlukan pengelolaan perikanan lokal yang baik dan berkelanjutan.

Oleh karena itu, penting untuk mempromosikan dan mendukung industri perikanan lokal agar mampu memenuhi kebutuhan konsumen.

Baca juga: Legislator Kepri Soroti Ikan Benggol dan Mata Besar Akan Diimpor ke Batam

Hal ini dapat dilakukan dengan mendorong budidaya ikan yang berkelanjutan, pengembangan teknologi budidaya yang modern, dan pengawasan yang ketat untuk menjaga kelestarian sumber daya perikanan.

Dalam jangka panjang, upaya untuk mengembangkan perikanan lokal dapat mengurangi ketergantungan terhadap impor ikan, sehingga dapat memperbaiki ketersediaan dan harga ikan di dalam negeri. (*)

Ikuti Berita Lainnya diĀ Google News